Sekumpulan kenangan pernah diukir. Sederetan ingatan kembali dipikir. Tentangmu, sekali lagi tentangmu. Meruah pesonamu di setiap sudut silam. Melesak bayangmu di setiap tikungan kelam. Bahkan alam masih mengizinkan reruang baru bagi terbang indah jejakmu. Ada gerimis saat ini, ada desir angin dingin saat ini, ada debar hati yang kobar rindu padamu, sungguh penuh. Kubutuh dirimu tuk kenangan baru, kudamba kau hadir tuk ingatan haru. Segala padamu, meski telah punah adalah keindahan yang tak pernah mau pindah dari bait-bait puisiku.
O, kau di mana ? Seruan berulang di balik awan, bergema di langit biru. Haruskah gerimis beku, mestikah angin diam ? Menyahutlah engkau dari arah mana saja. Arah yang tak perlu kutahu namanya. Indah jejakmu tak mudahkan aku melacaknya. Sudah berganti nama waktu, sudah henti kepakan sayap burung-burung kembali ke sarang, tak jua menyeruak sehuruf saja namamu dari kesunyian.
Ini tentangmu, bersama sekumpulan kenangan dan sederetan ingatan yang ingin kembali kurayakan. Senyata keindahan puisiku untukmu, kaupun sedemikian nyata hanya menjelma kabut di perjalanan hariku. Tak bisa kurengkuh, tak bisa kudekap lagi. Hanya bisa merasakan hadirmu di bait-bait puisiku.
Gerimis dan angin perlahan membeku. Debar rindu ini tak pernah berlaku. Ah, biarlah. Biar puisi saja yang hadirkan kembali kehangatanmu dalam pelukanku.
Gorontalo, 19082010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar