Uti, telah seberapa jauh kau melangkah mencari wewarna hidup yang kemilau ? Sudah berapa musim kau gilir dengan airmata yang jatuh beribu bulir ? Di sana, di tanah baru yang kau pijak, jejakmu tak kunjung menjelma sajak kerinduan yang madu. Hanya sekilas ada andai mentari ramah bersinar, hanya senampak kelihatan bila rembulan bercahaya. Di sana, kau hanya memburu fatamorgana dari huru hara kehidupan fana yang rentan kehampaan.
Uti, masih ingatkah dataran lurus kota tercintamu ? Gorontalo masih hangat mendamba bayangmu, masih bara menanti dirimu kembali. Pematang-pematang sawah masih menghijau dan menguning sesuai musimnya. Gema adzan dari mesjid-mesjid masih berkumandang syahdu seperti biasanya. Di sini, di tanah kandung yang kau lupa, namamu sejak awal bersayap di bentang langit. Asa dan citamu berkilau di luas laut. Tak ada penggadaian cinta bagi derita yang akan datang menyapa. Kau dilindungi di sini, Uti, dengan lafal khusyuk doa orang-orang terkasih. Tiada tersisih mimpimu di ujung penghabisan subuh. Kesunyian adalah nuansa kehidupan paling ramah yang merapat di gundah gulanamu.
Uti, di sana menawarkan ilusi, di sini menyodorkan pasti. Andai hanya wewarna baru yang kau cari, pulanglah dan tersenyumlah menatap langit kotamu. Masih ada pelangi di langit gorontalo, Uti !
Gorontalo, 21082010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar